Waspadai Game Online, Sudah 209 Anak Dirawat di RS Jiwa Cisarua karena Kecanduan Main Handphone
Loading...
Loading...
Tren kecanduan bermain game online dan aplikasi-aplikasi lainnya dengan menggunakan gawai (gadget) seperti handphone terus naik.
Berdasarkan data RSJ Provinsi Jawa Barat hingga saat ini ada 209 pasien yang kecanduan main handphone.
Sejak tahun 2016, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), telah menangani ratusan pasien yang kecanduan bermain handphone baik itu bermain game online, browsing internet, dan aplikasi yang lainnya.
Mereka merupakan anak remaja mulai dari usia 5 hingga 15 tahun yang harus ditangani dengan cara rawat jalan, bahkan ada juga pasien yang harus dirawat inap.
Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat, dr Elly Marliyani, mengatakan, untuk pasien yang harus rawat inap, pihaknya menyediakan 16 tempat tidur untuk pasien laki-laki, sedangkan untuk pasien perempuan digabungkan dengan pasien dewasa.
"Sejak tahun 2016 pemakaian tempat tidur untuk pasien anak yang kencanduan ponsel sudah lebih dari 60 persen jadi trennya memang ada kenaikan, secara keseluruhan totalnya ada 209 pasien," ujarnya saat ditemui di RSJ Cisarua, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, banyak pasien yang kecanduan handphone tersebut akibat banyak faktor, di antaranya gaya hidup anak zaman sekarang yang mudah mengakses hal negatif melalui handphone secara berlebihan.
"Itu sesuai karakteristiknya, kalau remaja biasanya ingin mencari informasi melalui handphone dan itu menjadi salah satu faktor juga. Jadi untuk sekarang banyak yang mengalami gangguan jiwa itu remaja," ucapnya.
Sub Spesialis Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, RSJ Provinsi Jawa Barat, dr. Lina Budianti mengatakan, penyebab utama anak kecanduan handphone yang sudah ditangani RSJ Cisarua selama ini yaitu bermain game online secara berlebihan.
"Kalau dulu kan sulit anak bermain game online dan browsing internet melalui handphone, tapi untuk sekarang mereka sangat mudah untuk mengakses itu," katanya.
Ia mengatakan dalam satu pekan saja, pihaknya menangani 2 hingga 3 pasien yang kecanduan main handphone tersebut.
Orangtua memegang kendali besar untuk membuat anaknya bisa kecanduan gadget atau tidak. Seperti halnya kecanduan narkotik, kecanduan gadget juga membuat masalah.
Walaupun sisi positifnya ada, yaituanak jadi tahu dan merupakan stimulasi otak yang baik. Tapi jika kebanyakan, lagi-lagi tidak baik. Salah satunya anak jadi lebih agresif.
Padahal banyak hal bisa dilakukan anak untuk proses tumbuh kembangnya. Tidak hanya gadget saja.
"Dari kecil sudah harus diatur kapan bermain komputer, kapan tidak. Jika tidak diatur, potensi kecanduan saat dewasa sangat besar.
Namanya kecanduan, tentu bukan hal positif. Kelihatan sehat padahal sakit," kata psikolog Ratih Ibrahim, Sabtu (16/11/2013).
Sama seperti gadget lainnya, TV juga harus diatur agar anak jangan menonton televisi terus. Sayangnya, ada orangtua yang senang jika anaknya menonton TV.
Totok Handayanto mengaku agak senang juga jika anak-anaknya anteng menonton televisi, walaupun jika kebanyakan agak gusar.
"Memang kalau anak-anak asyik menonton televisi, jadi bisa melakukan kerjaan lain. Tapi ya dalam hati enggak bagus juga kalau anak menonton televisi terus," kata Totok dari Sidoarjo yang menjadi peserta Sariwangi Tea Camp.
Menurut Ratih, sama seperti gadget, menonton TV juga harus dibatasi. Jangan biarkan anak-anak kelamaan menonton TV setiap harinya.
"Prinsip sama dengan gadget, harus dibatasi. Harus dicari jalan juga. Kalau film lagi seru-serunya langsung di-cut, ya kejam banget," ujar Ratih.
Menurut dia saat anak masih kecil, inilah saat yang tepat orangtua bisa melakukan hal bersama-sama untuk menambah keakraban keluarga. Tanpa halangan, termasuk gadget dan TV.
"Kalau anak sudah SMP, sudah mulai enggak butuh orangtuanya lagi. Apalagi SMA mungkin sudah sibuk dengan pacarnya.
Kalau anak-anak masih kecil akan mau ikutan orangtuanya terus. Inilah momen penting. Kebersamaan orangtua dengan anak-anak adalah investasi untuk menangkal hal-hal negatif," kata Ratih Ibrahim.
Berdasarkan data RSJ Provinsi Jawa Barat hingga saat ini ada 209 pasien yang kecanduan main handphone.
Sejak tahun 2016, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), telah menangani ratusan pasien yang kecanduan bermain handphone baik itu bermain game online, browsing internet, dan aplikasi yang lainnya.
Mereka merupakan anak remaja mulai dari usia 5 hingga 15 tahun yang harus ditangani dengan cara rawat jalan, bahkan ada juga pasien yang harus dirawat inap.
Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat, dr Elly Marliyani, mengatakan, untuk pasien yang harus rawat inap, pihaknya menyediakan 16 tempat tidur untuk pasien laki-laki, sedangkan untuk pasien perempuan digabungkan dengan pasien dewasa.
"Sejak tahun 2016 pemakaian tempat tidur untuk pasien anak yang kencanduan ponsel sudah lebih dari 60 persen jadi trennya memang ada kenaikan, secara keseluruhan totalnya ada 209 pasien," ujarnya saat ditemui di RSJ Cisarua, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, banyak pasien yang kecanduan handphone tersebut akibat banyak faktor, di antaranya gaya hidup anak zaman sekarang yang mudah mengakses hal negatif melalui handphone secara berlebihan.
"Itu sesuai karakteristiknya, kalau remaja biasanya ingin mencari informasi melalui handphone dan itu menjadi salah satu faktor juga. Jadi untuk sekarang banyak yang mengalami gangguan jiwa itu remaja," ucapnya.
Sub Spesialis Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, RSJ Provinsi Jawa Barat, dr. Lina Budianti mengatakan, penyebab utama anak kecanduan handphone yang sudah ditangani RSJ Cisarua selama ini yaitu bermain game online secara berlebihan.
"Kalau dulu kan sulit anak bermain game online dan browsing internet melalui handphone, tapi untuk sekarang mereka sangat mudah untuk mengakses itu," katanya.
Ia mengatakan dalam satu pekan saja, pihaknya menangani 2 hingga 3 pasien yang kecanduan main handphone tersebut.
Orangtua memegang kendali besar untuk membuat anaknya bisa kecanduan gadget atau tidak. Seperti halnya kecanduan narkotik, kecanduan gadget juga membuat masalah.
Walaupun sisi positifnya ada, yaituanak jadi tahu dan merupakan stimulasi otak yang baik. Tapi jika kebanyakan, lagi-lagi tidak baik. Salah satunya anak jadi lebih agresif.
Padahal banyak hal bisa dilakukan anak untuk proses tumbuh kembangnya. Tidak hanya gadget saja.
"Dari kecil sudah harus diatur kapan bermain komputer, kapan tidak. Jika tidak diatur, potensi kecanduan saat dewasa sangat besar.
Namanya kecanduan, tentu bukan hal positif. Kelihatan sehat padahal sakit," kata psikolog Ratih Ibrahim, Sabtu (16/11/2013).
Sama seperti gadget lainnya, TV juga harus diatur agar anak jangan menonton televisi terus. Sayangnya, ada orangtua yang senang jika anaknya menonton TV.
Totok Handayanto mengaku agak senang juga jika anak-anaknya anteng menonton televisi, walaupun jika kebanyakan agak gusar.
"Memang kalau anak-anak asyik menonton televisi, jadi bisa melakukan kerjaan lain. Tapi ya dalam hati enggak bagus juga kalau anak menonton televisi terus," kata Totok dari Sidoarjo yang menjadi peserta Sariwangi Tea Camp.
Menurut Ratih, sama seperti gadget, menonton TV juga harus dibatasi. Jangan biarkan anak-anak kelamaan menonton TV setiap harinya.
"Prinsip sama dengan gadget, harus dibatasi. Harus dicari jalan juga. Kalau film lagi seru-serunya langsung di-cut, ya kejam banget," ujar Ratih.
Menurut dia saat anak masih kecil, inilah saat yang tepat orangtua bisa melakukan hal bersama-sama untuk menambah keakraban keluarga. Tanpa halangan, termasuk gadget dan TV.
"Kalau anak sudah SMP, sudah mulai enggak butuh orangtuanya lagi. Apalagi SMA mungkin sudah sibuk dengan pacarnya.
Kalau anak-anak masih kecil akan mau ikutan orangtuanya terus. Inilah momen penting. Kebersamaan orangtua dengan anak-anak adalah investasi untuk menangkal hal-hal negatif," kata Ratih Ibrahim.
Loading...
0 Response to "Waspadai Game Online, Sudah 209 Anak Dirawat di RS Jiwa Cisarua karena Kecanduan Main Handphone"
Posting Komentar